Kamis, 10 Januari 2013

sindrom nefrotik...


Berikut ini sekilas tentang pengobatan sindrom Nefrotik ...                                 




PAPARAN KASUS SINDROMA NEFROTIK
1.      Gambaran Umum Sindroma Nefrotik

Sindrom nefrotik, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkholesterolemia serta sembab. Yang dimaksud proteinuria masif adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100 mg/kg berat badan/hari atau lebih.

Proteinuria (albuminuria) masif merupakan penyebab utama terjadinya sindrom nefrotik, namun penyebab terjadinya proteinuria belum diketahui benar. Salah satu teori yang dapat menjelaskan adalah hilangnya muatan negatif yang biasanya terdapat di sepanjang endotel kapiler glomerulus dan membran basal. Hilangnya muatan negatif tersebut menyebabkan albumin yang bermuatan negatif tertarik keluar menembus sawar kapiler glomerulus. Hipoalbuminemia merupakan akibat utama dari  proteinuria yang hebat. Sembab muncul akibat rendahnya kadar albumin serum yang menyebabkan turunnya tekanan onkotik plasma dengan konsekuensi terjadi ekstravasasi cairan plasma ke ruang interstitial

Manifestasi klinik utama adalah sembab, yang tampak pada sekitar 95% anak dengan sindrom nefrotik. Sembab berpindah dengan perubahan posisi, sering tampak sebagai sembab muka pada pagi hari waktu bangun tidur, dan kemudian menjadi bengkak pada ekstremitas bawah pada siang harinya. Bengkak bersifat lunak, meninggalkan bekas bila ditekan (pitting edema).

2.     Data base pasien
No CM
:
408080
Nama pasien
:
xx
Umur /sex
:
14 tahun /  laki-laki
Alamat
:
kembang
Diagnosis
:
SN (sindroma Nefrotik)
Dokter yang merawat
:
dr. Agus 
Asuransi
:
Jamkesos

3.     Data subjektif
Diagnosa
:
Febris, dispepsia dan sindrom nefrotik hiperkolestrol
Diagnosa akhir
:
Sindrom nefrotik, moonface
Riwayat penyakit
:
Lemas, mual, muntah
Riwayat pengobatan
:
  -


4.     Data objektif pasien
a.   Pemeriksaan fisik pasien
Tgl pemeriksaan
Nilai TD (mmHg)
Tgl pemeriksaan
Nilai TD (mmHg)
  14/1/12
130/70
17/9/12
105/70
20/2/12
110/70
18/10/12
90/60
16/3/12
100/70
5/11/12
110/70
29//4/12
100/60

15/5/12
110/70

14/6/12
120/90

11/7/12
110/70

18/8/12
110/70


b.   Fungsi ginjal
Data lab
16/3/2012
5/11/2012
Normal
Urine lengkap
Warna
Kuning
Kuning
Kuning
Kekeruhan
Agak keruh
Jernih
Jernih
Blood
Pos ++
+
-
Protein
+++
-
-





a.     Fungsi hati.
Data lab  19/10/2012
Normal
Glukosa sewaktu
78 mg/dl
< 200
Kolesterol
562 mg/dl
< 220
TG
371
<220
HDL
69
              >39
LDL
419
   < 115
Albumin
1,35
6,25-8,4




c.     Terapi pengobatan
                            Dari hasil  recam medik   pasien  XX beberapa terapi obat yang diberikan terhitung mulai januari hingga november 2012 antara lain

no
Obat yg diberikan
no
Obat  yang diberikan
1
Prednison
7
Omeprazol
2
Simvastatin
8
Domperidon
3
Ca laktat
9
Furosemid
4
Captopril
10
Frizium
5
Cefixim

6
Furosemid




d.    Assement

            Terapi obat pada kasus sindrom nefrotik  terlebih dahulu diketahui penyebab  penyakit yang menyertainnya didukung dengan pemeriksaan laboratorium.  Terapi  yang diberikan oleh  pasien Ferri dapat  dilihat dalam lampiran ke dua.

e.     Pembahasan

Tujuan dari pengobatan  sindrom nefrotik adalah mengatasi penyebabnya, jika tidak ditemukan penyebab yang pasti maka pemberian prednisolon sebagai  line pertama. Adapun obat ini akan menekan proses inflamasi proses alergi dan respon imun yang terjadi pada  membran glomerolus  sehingga dapat menurunkan dan memperbaiki permaebilitas membran basilis sehingga menjadi normal.
 Pemberian captopril disebabkan karena terlalu banyaknya protein yang terdapat dalam urine, sehingga dengan adanya ACEI  inilah yang akan memurunkan pembuangan protein dalam air dan menurunkan konsentrasi lemak dalam darah. 
Pada pasien ini diberikan terapi furosemid untuk mempercepat diuresis karena furosemid merupakan salah satu obat diureti kuat sehingga perbaikan klinik dapat segera dicapai. Dan edema pun dapat berkurang karena terjadi perubahan hemodinamik dan perubahan volume cairan ekstrasel dengan cepat, sehingga alir balik vena dan curah ventrikel kanan namun yang perlu diperhatikan adalah terjadinya hipotensi sehingga monitoring  haruslah senantiasa dilakukan.
Pemberian simvastatin yaitu sebelum memulai terapi dengan simvastatin, agar disingkirkan terlebih dahulu penyebab sekunder dari hiperkolesterolemia (seperti diabetes melitus yang tidak terkontrol, hipotiroid, sindrom nefrotik, disproteinemia, penyakit hati obstruktif, terapi dengan obat lain, alkoholism), dan lakukan pengukuran profil kolesterol total,  dan trigliserida (TG). Dosis awal yang dianjurkan 5-10 mg sehari sebagai dosis tunggal pada malam hari.Dosis awal untuk pasien dengan hiperkolesterolemia ringan sampai sedang 5 mg sehari. Pengaturan dosis dilakukan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimum 40 mg sehari sebagai dosis tunggal malam hari. Lakukan pengukuran kadar lipid dengan interval tidak kurang dari 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan respon penderita.


f.     Monitoring
1.     Pantau  dan monitoring tekanan darah si pasien. Jika terjadi peningkatan tekanan darah yang tinggi berikan obat antihipertensi secara kombinasi dengan dosis yang rendah agar tidak terjadi hipotensi
2.     Pemeriksaan kolestrol pada pasien sangatlah diperlukan  untuk mengetahui kondisi hepar pasien
                          
g.    Konseling
a.   Farmakologi
Obat yang diberikan harus selalu dikomsumsi secara rutin.
         Aturan pakai captopril diminum sebelum makan, simvastatin diminum pada malam hari, dan prednison setelah makan. 
Pemberian etiket pada obat memudahkan pasien untuk menaati pemakaian obat yaang dikomsumsinya
b.   Non farmakologi
Makan makanan yang teratur, dengan porsi yang sedikit namun bergizi
Lakukan pemeriksaan secara rutin
Selalu berolahraga




                                            Daftar Pustaka

Abdullah, Rozi Dkk. Aplication  Google apps.Buku Saku Dokter.  Jakarta.
Djuanda,adhi DKK. 2011, MIMS Petunjuk Konsultasi edisi 2011/2012, Medidata, Jakarta.
Gunawan, C.A, Sindrom Nefrotik Patogenesis dan Penatalaksanaan, Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis Universitas Mulawarman / RSUD A.Wahab Sjahranie Samarinda


Lacy F. Charles dkk, 2009, Drug Information Handbook, American Pharmacist Assosiation, Lexi-Comp, North America.


Tim Penyusun 2009, Pelayanan Informasi Obat,  Departeman Kesehatan RI. Jakarta. www.depkes.go.id