Berikut ini sekilas tentang pengobatan sindrom Nefrotik
...
PAPARAN KASUS SINDROMA NEFROTIK
1.
Gambaran Umum Sindroma Nefrotik
Sindrom nefrotik, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai
pada anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari
proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkholesterolemia serta sembab. Yang
dimaksud proteinuria masif adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100
mg/kg berat badan/hari atau lebih.
Proteinuria (albuminuria) masif merupakan penyebab utama terjadinya sindrom
nefrotik, namun penyebab terjadinya proteinuria belum diketahui benar. Salah
satu teori yang dapat menjelaskan adalah hilangnya muatan negatif yang biasanya
terdapat di sepanjang endotel kapiler glomerulus dan membran basal. Hilangnya
muatan negatif tersebut menyebabkan albumin yang bermuatan negatif tertarik
keluar menembus sawar kapiler glomerulus. Hipoalbuminemia merupakan akibat utama dari proteinuria yang hebat.
Sembab muncul akibat rendahnya kadar albumin serum yang menyebabkan turunnya
tekanan onkotik plasma dengan konsekuensi terjadi ekstravasasi cairan plasma ke
ruang interstitial
Manifestasi klinik utama adalah sembab, yang tampak
pada sekitar 95% anak dengan sindrom nefrotik. Sembab berpindah dengan perubahan posisi, sering tampak
sebagai sembab muka pada pagi hari waktu bangun tidur, dan kemudian menjadi
bengkak pada ekstremitas bawah pada siang harinya. Bengkak bersifat lunak,
meninggalkan bekas bila ditekan (pitting edema).
2.
Data base pasien
No CM
|
:
|
408080
|
Nama pasien
|
:
|
xx
|
Umur /sex
|
:
|
14 tahun / laki-laki
|
Alamat
|
:
|
kembang
|
Diagnosis
|
:
|
SN (sindroma Nefrotik)
|
Dokter yang merawat
|
:
|
dr. Agus
|
Asuransi
|
:
|
Jamkesos
|
3.
Data subjektif
Diagnosa
|
:
|
Febris, dispepsia dan sindrom nefrotik hiperkolestrol
|
Diagnosa akhir
|
:
|
Sindrom nefrotik, moonface
|
Riwayat penyakit
|
:
|
Lemas, mual, muntah
|
Riwayat pengobatan
|
:
|
-
|
4.
Data objektif pasien
a. Pemeriksaan fisik pasien
Tgl pemeriksaan
|
Nilai TD (mmHg)
|
Tgl pemeriksaan
|
Nilai TD (mmHg)
|
14/1/12
|
130/70
|
17/9/12
|
105/70
|
20/2/12
|
110/70
|
18/10/12
|
90/60
|
16/3/12
|
100/70
|
5/11/12
|
110/70
|
29//4/12
|
100/60
|
||
15/5/12
|
110/70
|
||
14/6/12
|
120/90
|
||
11/7/12
|
110/70
|
||
18/8/12
|
110/70
|
b. Fungsi ginjal
Data lab
|
16/3/2012
|
5/11/2012
|
Normal
|
Urine lengkap
|
|||
Warna
|
Kuning
|
Kuning
|
Kuning
|
Kekeruhan
|
Agak keruh
|
Jernih
|
Jernih
|
Blood
|
Pos ++
|
+
|
-
|
Protein
|
+++
|
-
|
-
|
a. Fungsi hati.
Data lab
19/10/2012
|
Normal
|
|
Glukosa
sewaktu
|
78 mg/dl
|
< 200
|
Kolesterol
|
562
mg/dl
|
< 220
|
TG
|
371
|
<220
|
HDL
|
69
|
>39
|
LDL
|
419
|
< 115
|
Albumin
|
1,35
|
6,25-8,4
|
c.
Terapi pengobatan
Dari hasil
recam medik pasien XX beberapa terapi obat yang diberikan
terhitung mulai januari hingga november 2012 antara lain
no
|
Obat yg diberikan
|
no
|
Obat yang diberikan
|
1
|
Prednison
|
7
|
Omeprazol
|
2
|
Simvastatin
|
8
|
Domperidon
|
3
|
Ca laktat
|
9
|
Furosemid
|
4
|
Captopril
|
10
|
Frizium
|
5
|
Cefixim
|
||
6
|
Furosemid
|
d.
Assement
Terapi obat pada kasus sindrom nefrotik terlebih dahulu diketahui penyebab penyakit yang menyertainnya didukung dengan
pemeriksaan laboratorium. Terapi yang diberikan oleh pasien Ferri dapat dilihat dalam lampiran ke dua.
e.
Pembahasan
Tujuan dari
pengobatan sindrom nefrotik adalah
mengatasi penyebabnya, jika tidak ditemukan penyebab yang pasti maka pemberian
prednisolon sebagai line pertama. Adapun
obat ini akan menekan proses inflamasi proses alergi dan respon imun yang
terjadi pada membran glomerolus sehingga dapat menurunkan dan memperbaiki
permaebilitas membran basilis sehingga menjadi normal.
Pemberian captopril disebabkan karena terlalu
banyaknya protein yang terdapat dalam urine, sehingga dengan adanya ACEI inilah yang akan memurunkan pembuangan
protein dalam air dan menurunkan konsentrasi lemak dalam darah.
Pada pasien ini diberikan
terapi furosemid untuk mempercepat diuresis karena furosemid merupakan salah
satu obat diureti kuat sehingga perbaikan klinik dapat segera dicapai. Dan
edema pun dapat berkurang karena terjadi perubahan hemodinamik dan perubahan
volume cairan ekstrasel dengan cepat, sehingga alir balik vena dan curah
ventrikel kanan namun yang perlu diperhatikan adalah terjadinya hipotensi
sehingga monitoring haruslah senantiasa
dilakukan.
Pemberian simvastatin
yaitu sebelum memulai terapi dengan simvastatin, agar disingkirkan terlebih
dahulu penyebab sekunder dari hiperkolesterolemia (seperti diabetes melitus
yang tidak terkontrol, hipotiroid, sindrom nefrotik, disproteinemia, penyakit
hati obstruktif, terapi dengan obat lain, alkoholism), dan lakukan pengukuran
profil kolesterol total, dan trigliserida (TG). Dosis awal yang dianjurkan 5-10 mg sehari
sebagai dosis tunggal pada malam hari.Dosis awal untuk pasien dengan
hiperkolesterolemia ringan sampai sedang 5 mg sehari. Pengaturan dosis
dilakukan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimum 40 mg
sehari sebagai dosis tunggal malam hari. Lakukan pengukuran kadar lipid dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan respon
penderita.
f.
Monitoring
1. Pantau dan
monitoring tekanan darah si pasien. Jika terjadi peningkatan tekanan darah yang
tinggi berikan obat antihipertensi secara kombinasi dengan dosis yang rendah
agar tidak terjadi hipotensi
2. Pemeriksaan kolestrol pada pasien sangatlah
diperlukan untuk mengetahui kondisi
hepar pasien
g. Konseling
a.
Farmakologi
Obat
yang diberikan harus selalu dikomsumsi secara rutin.
Aturan pakai captopril
diminum sebelum makan, simvastatin diminum pada malam hari, dan prednison
setelah makan.
Pemberian etiket pada
obat memudahkan pasien untuk menaati pemakaian obat yaang dikomsumsinya
b.
Non farmakologi
Makan
makanan yang teratur, dengan porsi yang sedikit namun bergizi
Lakukan
pemeriksaan secara rutin
Selalu
berolahraga
Daftar Pustaka
Abdullah, Rozi Dkk. Aplication Google apps.Buku Saku Dokter. Jakarta.
Djuanda,adhi
DKK. 2011, MIMS Petunjuk Konsultasi edisi
2011/2012, Medidata, Jakarta.
Gunawan,
C.A, Sindrom Nefrotik Patogenesis dan Penatalaksanaan, Bagian/ SMF Ilmu
Penyakit Dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis Universitas Mulawarman /
RSUD A.Wahab Sjahranie Samarinda
Lacy
F. Charles dkk, 2009, Drug Information
Handbook, American Pharmacist Assosiation, Lexi-Comp, North America.
Tim
Penyusun 2009, Pelayanan Informasi Obat,
Departeman Kesehatan RI. Jakarta. www.depkes.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar